BAB 1: Hari Pertandingan Dimulai Dengan Kesalahan Aplikasi
Pagi itu seharusnya menjadi hari besar bagi AC Milan dan Bologna. Tapi semuanya berawal dari sebuah notifikasi salah kirim.
Alih-alih menerima pemberitahuan "Pertandingan diadakan di San Siro", semua pemain Milan malah dapat notifikasi dari aplikasi kalender:
“Acara hari ini: Lomba Masak Nasi Goreng se-Kecamatan. Dresscode: baju koki & topi runcing.”
Maka datanglah seluruh skuad Milan ke stadion dengan seragam koki, lengkap dengan celemek bertuliskan:
“Milan Masak, Bologna Gosong.”
Di sisi lain, Bologna datang lebih kacau. Mereka salah paham karena Google Translate menerjemahkan "San Siro" sebagai "Sang Sirkus."
Maka seluruh tim datang mengenakan kostum badut dan akrobat. Kiper mereka bahkan membawa trampolin. Alasannya? “Biar loncatnya lebih tinggi, bang!”
BAB 2: Wasit Palsu dan Penonton Yang Salah Acara
Pertandingan belum dimulai, tapi kekacauan makin menjadi.
Wasit seharusnya adalah Pak Giovanni, tapi dia tersesat di jalan dan malah ikut jadi model di acara fashion show baju adat.
Sebagai pengganti darurat, panitia menunjuk Pak Darman, ketua RT yang sedang jogging di sekitar stadion. Pak Darman setuju, tapi cuma mau jadi wasit kalau boleh pakai celana pendek kolor batik dan kaos oblong bertuliskan “Saya Bangga Jadi Warga RT 03”.
Penonton yang datang juga ternyata... salah acara.
Ada yang kira ini konser K-Pop.
Ada yang datang bawa kipas dan snack buat nonton sinetron.
Bahkan ada ibu-ibu pengajian yang mengira ini pengajian akbar anti offside.
BAB 3: Bola Diganti Karena Bola Asli Masuk Sumur
Saat semua siap, tragedi menimpa: bola resmi pertandingan jatuh ke dalam sumur tua di belakang stadion. Petugas lapangan panik.
“Gimana nih, Pak? Bola resminya ilang!”
Pak Darman, sang wasit RT 03, berkata:
“Tenang, kita pakai alternatif lokal!”
Alternatif lokal ternyata adalah buah kelapa.
“Kok kelapa?” tanya pemain.
“Karena keras, bundar, dan bisa bikin lawan takut kalau ditendang kenceng!”
Zlatan mencoba juggling kelapa dan langsung keseleo jari kaki.
Sementara pemain Bologna menjadikan kelapa itu sebagai persembahan untuk “dewa sepak bola yang haus kejutan.”
BAB 4: Babak Pertama – Gagal Total, Tapi Menghibur
Pertandingan dimulai dengan peluit berbunyi. Tapi peluitnya bukan peluit biasa. Karena Pak Darman lupa bawa peluit, dia malah bawa peluit wasiat zaman dulu.
Setiap kali ditiup, suaranya berbunyi: “PELUITTTTTTTT!” (serius, peluit ini bisa ngomong).
Menit ke-5, Milan nyaris mencetak gol lewat tendangan bebas, tapi kelapanya nyangkut di tiang gawang, dan malah jatuh ke kepala penonton yang sedang makan mi ayam.
Penonton teriak: “Luar biasa! Bola bumbu rempah!”
Sementara Bologna melakukan serangan balik dengan trik rahasia, yaitu mengecoh lawan dengan... tari poco-poco di tengah lapangan. Pemain Milan ikutan goyang. Wasit pun terpana, lupa tiup peluit.
BAB 5: Pergantian Pemain Paling Absurd
Di menit ke-30, Milan melakukan pergantian pemain. Tapi karena semua pemain cadangan ikut daftar arisan RT, Milan terpaksa memanggil penonton random dari tribun.
Muncullah Budi, tukang parkir dari Blok M, yang disuruh main sebagai striker.
“Pernah main bola, Bud?” tanya pelatih.
“Belum pernah, tapi saya sering nendang sandal pas rebutan tempat duduk di angkot.”
Dan luar biasanya, Budi mencetak gol. Dengan cara... melompat sambil salto dan bola kelapa terpental kena pantatnya, lalu masuk ke gawang.
Skor 1-0. Penonton bersorak. Pak Darman mencatat gol dengan pulpen yang tintanya merah muda.
BAB 6: Babak Kedua – Serangan Layangan, Alien, dan Sate
Saat babak kedua dimulai, tiba-tiba langit berubah gelap. Bukan karena hujan, tapi karena puluhan layangan nyangkut di stadion, dilempar oleh bocah-bocah sekitar yang sedang lomba layangan di lapangan sebelah.
Salah satu layangan berbentuk naga turun rendah dan nyangkut di kepala pemain Bologna.
“Pak, saya tidak bisa melihat! Saya jadi naga!”
“Kau harus belajar menerima takdirmu,” kata rekannya dengan khidmat.
Tiba-tiba... UFO muncul.
Beneran. UFO melayang sebentar, melihat pertandingan, lalu pergi.
Komentator berkata:
“Mereka datang untuk mengamati sepak bola bumi. Tapi setelah melihat kelapa jadi bola, mereka putuskan bumi belum siap.”
Sementara itu, di sisi lapangan, muncul penjual sate. Aroma sate mengganggu konsentrasi semua pemain.
Zlatan menyerah dan beli dua tusuk.
Kiper Bologna beli lima.
Wasit beli sepuluh, tapi lupa bayar. Akhirnya pertandingan dihentikan sementara karena drama penagihan utang sate.
BAB 7: Adu Penalti Menggunakan Balon Air
Setelah skor 1-1 (karena gol bunuh diri oleh ayam yang lari ke lapangan), pertandingan dilanjutkan ke adu penalti.
Tapi karena kelapa habis, kelapa terakhir dimakan oleh penonton sambil dikasih gula merah, akhirnya digunakan balon air sebagai bola.
Setiap penendang harus menendang balon air ke arah gawang.
Tapi hampir semua balon pecah sebelum sampai.
Kiper Milan jadi basah kuyup.
Kiper Bologna pakai payung.
Wasit memutuskan: pemenangnya adalah tim yang tidak ngambek.
Milan ngambek karena Zlatan dilarang bawa ketapel.
Bologna ngambek karena gol mereka dibatalkan karena bebek nyelonong ke garis gawang.
Akhirnya pertandingan dinyatakan seri dengan skor absurd:
Milan 1 – Bologna 1 – Bebek 2 – Penjual sate 8 tusuk.
EPILOG: Dan Hari Itu Menjadi Legenda
FIFA mencatat pertandingan ini sebagai:
“Laga Paling Tidak Masuk Akal Dalam Sejarah Sepak Bola dan Kehidupan.”
Serie A berjanji untuk tidak pernah lagi memperbolehkan kelapa sebagai bola, layangan di langit stadion, atau wasit yang juga ketua RT.
Zlatan membuka bisnis sate bersama Budi tukang parkir.
Pelatih Bologna buka kursus poco-poco untuk bek.
Wasit Pak Darman kembali ke kampung dan dicalonkan jadi ketua RW.
Dan setiap tahun, pada tanggal yang sama, stadion San Siro mengenang hari itu dengan sebuah upacara unik:
“Festival Bola Kelapa dan Penalti Balon Air.”
TAMAT.
(Tapi kisah bebek yang nyetak dua gol akan selalu hidup dalam ingatan...)
Rabu, 14 Mei 2025
Milan vs Bologna: Ketika Sepak Bola Berubah Jadi Sinetron, Warung Kopi, dan Turnamen Layangan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Espanyol vs Barcelona: Perang Saudara di Stadion Wibu dengan Bola Isi Ramen
Pada suatu hari yang tidak tercatat dalam sejarah manusia, di sebuah negeri antah-berantah bernama Katalonisambel , terjadilah pertandinga...
-
PROLOG: KETIKA SEPAK BOLA MENOLAK LOGIKA Suatu sore yang cerah tapi penuh aura mistis—karena seekor tupai menari poco-poco di atap stadion—p...
-
PROLOG: Tanggal 33 April 2025 (iya, tanggalnya aja udah aneh), dunia sepak bola Belanda kembali tercengang. Kali ini bukan karena gol salto ...
-
PROLOG: PERANG DUNIA “NAC vs NEC” – KETIKA SEPAK BOLA TIDAK HANYA SOAL BOLA, TAPI JUGA SOAL KESALAHAN KETIK Pada suatu sore mendung di Belan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar